Senin, 10 Februari 2014

Learn from Raditya Dika

Ada orang yang terlahir kayanya tugasnya ngekritik aja. Ada.
Ngekritik tanpa ngasih saran juga ada.
Ada orang yang terlahir comment apapun terhadap semua hal yang kita lakukan. Ada.
Annoying? Kalo buat saya sih sedikit-iya-sedikit.

Uhm, tau kan Raditya Dika? Terkenalnya sih sebelum jadi standup comedyan ya jadi penulis. Buku-bukunya laku, banyak yang beli, banyak yang suka. Ga nutup kemungkinan banyak yang ga suka kan?

Tahun 2013, dia buat 3 film. Cinta brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon merupakan 2 dari 3 film yang diadaptasi dari buku yang ditulisnya. Sedangkan Cinta dalam Kardus bisa dibilang sekuel dari Malam Minggu Miko. Ga perlu dijelasin kan Malam Minggu Miko itu apa? Ga perlu lah.. Cinbro sudah tayang dan menuai banyak respon positif. Banyak yang nonton, banyak yang suka.. Sedangkan MSS akan segera tayang bulan depan (Oct 2013). Cinta dalam kardus.. Bisa dibilang kurang booming daripada cinbro. Angka penonton juga jauh lebih rendah daripada penonton Cinbro.

Kalau ada sebuah film yang diadaptasi dari buku, pasti orang yang dilahirkan untuk mengkritik ada dibarisan paling depan. Hehehe, opini saya sih begitu..
Kerjaannya ngebandingin, kerjaannya comment, kerjaannya kritik.
Well bagus sih ada yang ngekritik berarti masih ada yang perhatiin :) tapi... pasti ada satu sisi yang bilang "apaan sih ngekritik mulu, comment terus" (ini yang baru saya rasakan beberapa menit yang lalu. Haha, a reason why i writing this posting). Ini bukan berarti saya type orang yang ga mau dikritik loh ya. Kritik perlu lah, buat membangun, buat kita introspeksi. Tapi yang always ngekritik apa yang jadi hak kita kan nyebelin.

Misalnya ya di dunia maya, social media--twitter, ngetwit tentang sesuatu hal yang kita suka deh--hal yang kita suka bisa aja sesuatu yang ga "banget" buat orang lain, terus ada yang comment "apasih ga penting, apa yang spesial sih"
Itukan hak saya ngetwit gitu. Ngapain sih pake acara comment kaya gitu? (Haduh.. sepertinya saya terlalu perasa..... (._.)/| gapapa deh perasa daripada ga peka~ *kabur*) Ngapain juga dipeduliin sih ya kalo dipikir-pikir *makan cokelat*

Sesuatu yang kita pikir spesial, orang lain belum tentu berpikiran sama spesialnya, ya karena persepsi yang beda.

Oke balik lagi ke radit. Saat itu ada media online--entah berupa video entah artikel,lupa--yang ngeposting percakapan dengan radit.
Salah satu hal yang paling saya ingat ketika radit ditanya : takut ga sih kalau filmnya ga laku di pasaran?
Dia menjawab yang intinya : engga, karena saya yakin ada yang mempunyai selera yang sama dengan saya.
It means.. Apa yang kita lakuin pasti bakal ada yang menyukai dan tidak menyukai. Kalau menyukai berati mempunyai pemikiran dan cara pandang yang sama. Dan kalau tidak menyukai ya simple...cara pandang berarti berbeda.
Jadi ya ga selamanya orang lain suka sama kita, dan ga selamanya orang lain juga ga sama kita.

Benar saja, waktu itu pernah baca salah satu twit temen yang bunyinya kurang lebih gini : radit, cinta dalam kardus garing, bagusan Ftv.
See? :))
Berarti temen saya itu merupakan salah satu golongan yang tidak mempunya selera humor--bisa dibilang begitu--yang sama dengan radit kan? Hehe

Thanks Kaka Radit , i learn something from you.
Thanks for inspiring.

0 komentar:

Posting Komentar

© ranyndwisubakti 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis